N A T O
Berbicara merupakan proses penyampaian
informasi kepada pihak lain, barometer berbicara yang baik bukanlah pada isi
informasi yang disampaikan tetapi sejauh mana si pemberi informasi dapat
meyakinkan pihak lain akan informasi yang disampaikan dan pihak penerima
informasi dapat memahami apa informasi yang disampaikan. Berbicara bagi
sebagian orang adalah kesenangan yang bahasa sekarang disebut hobi, tapi lucu
jika seseorang menulis dalam biografi bahwa hobinya adalah berbicara, saya belum pernah membaca hal tersebut
mungkin itulah kepandaian manusia untuk memperhalus bahasa, saya pernah membaca
hobi berdebat, mungkin itu sama dengan hobi berbicara. Bagi sebagian orag
berbicara adalah hal yang menyebalkan disebabkan kekurang mampuan mengolah dan
menyusun redaksi apa yang akan disampaikan.
Berbicara dapat menjadi masalah serius
bilamana kurang mampu menyesuaikan dimana bicara, apa topik pembicaraan, dan
dengan siapa bicara. Saya mengutip kata-kata Yohanis Laimena pendiri GMKI
“Didalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan
bibirnya, akan mengurangi pelanggarannya”. Ada saja karakter seseorang kurang
mampu menjaga rahasia, sangat parahnya lagi jika memang sengaja memberitahukan
kepada orang lain hasil pembicaraan dengan seseorang untuk tujuan agar terjadi
konflik batin. Mungkin kalimat ini dapat menggambarkan karakter yang dimaksud “
Eeeh eda/lae…diboto hodo, ai diari nasalpu didok si ANU I do….. atau Aduh…
Jeng… tau gak sih…masak Tukimin bilang jeng itu sering….bla..bla..bla…"
karakter tersebut adalah hal yang paling membahayakan, tidak hanya membahayakan
orang lain tetapi juga mungkin dapat membahayakan diri sendiri, dan organisasi
tempa dia sekarang berdiri.
Permasalah yang menarik
adalah karakter seseorang yang banyak bicara sedikit berbuat. Atau karakter
yang berusaha banyak bicara untuk menunjukkan kebolehan atau kelebihannya. Atas
dasar itulah Dahlan Iskandar berkata “Tidak pernah orang yang banyak bicara itu
disebut pintar, pun juga bijak. Juga tidak pernah orang yang selalu bicara
setiap hal disebut jenius, pun juga cendekiawan. Melainkan orang-orang yang
tahu persis kapan harus bicara, kapan harus diam. Melainkan orang-orang yang
tahu persis, dia paham masalahnya maka dia angkat bicara, jika tidak, dia
memilih diam.” Fakta kehidupan setiap orang bahwa apapun ceritanya tidak akan
mampu melakukan setiap apa yang dibicarakan, untuk itulah pendiri GMKI
menyebutkan mengurangi pelanggaran dengan menahan diri.
Kita juga sering mendengar orang-0rang mengatakan jangan NATO ah, Apa sih sebenarnya NATO tersebut, Kata NATO adalah singkatan dari "No Action Talk Only" atau dalam bahasa indonesia sisebut banyak bicara tanpa tindakan, dalam bahasa batak " Sigodang Hata" banyak orang yang hanya mampu berbicara tetapi tidak pernah ada pembuktian, sehingga orang orang yang seperti itu dikatakan sebagai "PEMBUAL SEJATI" Untuk tidak dikatakan sebagai pembual perlu kepandaian kita berbicara dibarengi dengan tindakan tindakan yang mendukung apa yang kita bicara kan (Kerja Nyata) tau "Tolal Action".
Mengingat fakta kehidupan disebut di atas, Menimbang kemampuan melaksanakan setiap apa yang dibicarakan dikaitkan dengan pendapat yang dikutip. Maka Presiden Jokowi memutuskan blusukan, Dahlan Iskandar pada calon presiden konvensi demokrat memegang semboyan bekerja, bekerja, bekerja. Orang batak memutuskan “Jolo nidilat bibir asa ni dok hata”, orang Indonesia mengatakan “lidahmu adalah harimaumu”. Orang Eropa mengatakan N A T O ( Not Action Talk Only).
Salam Sukses Dari Penulis Artikel:
Comments
Post a Comment